Mahasiswa IAIN Jember Waspadai Paham Radikalisme
Ini adalah foto bersama AMDIN, RM F. Dakwah, Ormawa, MUI, Pejabat IAIN
FAKTUAL - Mahasiswa harus mewaspadai kelompok radikal yang terus menyasar perguruan tinggi, khususnya di Institude Agama Islam Negeri (IAIN) Jember. Untuk itu, mahasiswa yang merupakan agen perubahan, harus bisa berpikir kritis agar tidak mudah terpapar paham yang bertentangan dengan nilai Pancasila.
“Krisis semangat kebangsaan dan jati diri bangsa merupakan pintu masuk bagi berkembangnya ideologi yang dapat merusak bangsa. Mahasiwa harus kritis menyikapi hal ini agar tidak mudah dipengaruhi,” ujar wakil rektok bidang kemahasiswaan, Hefni zein.
Pernyataan itu diungkapkan Hefni saat memberikan materi pada kegiatan seminar nasional dengan tema “Bersatu Menangkal Bahaya Radikalisme dan Rasisme” di gedung kuliah terpadu IAIN Jember, Selasa (10/9/2019).
Menurut Hefni, langkah yang sudah dilakukan kampus IAIN Jember dalam pencegahan timbulnya bibit radikalisme yaitu dengan melarang mahasiswi mengenakan cadar saat memasuki kampus. larangan penggunaan cadar perlu diberlakukan untuk menghalau tumbuhnya paham radikal di kampus tersebut. Paham ini dinilai sangat berbahaya karena tidak mengakui NKRI dan Pancasila sebagai ideologi negara.
Acara yang di gelar oleh Asosiasi Mahasiswa Dakwah Indonesia (AMDIN) bersama dengan republik mahasiswa fakultas dakwan ini menghadirkan 1.000 mahasiswa Fakultas Dakwah itu sendiri. Pemberian materi penguatan Pancasila dan deglarasi menolak radikalisme dan rasisme secara terpusat merupakan cara efektif untuk menangkal ideologi lain yang dapat mengancam keutuhan NKRI.
Acara itu juga dihadiri oleh ketua MUI Kab. Jember Abd. Halim Soebahar, guru besar filsafat dakwah IAIN Jember Ahidul Asror, dan Kapolres Jember.
Hefni juga menyampaikan beberapa harapannya terhadap civitas akademika IAIN Jember. Pertama, lingkungan akademis seharusnya menjadi pionir dalam memperkuat pendidikan-pendidikan islam yang rahmatan lil alamin. “Yaitu dengan menanamkan pemahaman yang mendalam terhadap empat konsensus kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,” katanya saat diwawancarai pasca acara.
Kedua, kampus dapat mengarahkan para pemuda pada beragam aktivitas yang berkualitas baik di bidang akademis, sosial, keagamaan, seni, budaya, maupun olahraga.
"Ketiga, lanjut Hefni, Kampus dapat memberikan pengajaran dan pemahaman tentang ciri-ciri radikalisme, agama yang damai dan toleran di lingkungan akademis, sehingga mahasiswa punya benteng dan tidak mudah terjebak narasi radikalisme. Selayaknya komputer yang sudah terpasang antivirus, maka virus yang masuk tidak mudah merusak komputer kita," Puangkas Hefni.
Wartawan : Muhammad Nurul Yaqin
Editor : Nurul Yaqin
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus